1. Mengajak Suami Baca Surat al-Kahfi
Membaca surat Al Kahfi merupakan amalan sunnah di malam Jumat. Bisa pula dikerjakan di siang hari Jumat.
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya sampai baitul Atiq” (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Ad-Darimi; shahih)
Dalam hadits yang lain diterangkan bahwa keutamaan membaca surat Al Kahfi di hari Jumat bertahan sampai satu pekan.
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barangsiapa membaca Surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka dia diterangi oleh cahaya antara dua Jumat” (HR. An Nasa’i, Baihaqi dan Al Hakim; shahih)
Jika seorang istri mengajak suaminya membaca surat Al Kahfi, maka pahala dan keutamannya semakin berlipat.
2. Mengajak Suami Membaca Shalawat
Membaca shalawat juga termasuk amalan sunnah di malam dan hari Jumat. Rasulullah sendiri menganjurkan umatnya memperbanyak membaca shalawat di waktu ini.
Di antara keutamaan membaca shalawat ialah sebagaimana yang diterangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri bahwa muslim yang paling banyak membaca shalawat kelak akan menjadi orang yang paling erat dengan dia di surga.
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada setiap hari Jumat. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap hari Jumat. Barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling erat denganku pada hari simpulan zaman nanti.” (HR. Baihaqi; hasan lighairihi)
Istri yang membaca shalawat, ia memperoleh pahala dan keutamaan bagi dirinya. Namun kalau ia mengingatkan suaminya biar melaksanakan amalan sunnah ini, maka akan semakin banyak pahalanya.
3. Melayani Suami Dengan Penuh Cinta
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa jima’ antara suami dan istri ialah sedekah. Ia mendapat pahala atas kekerabatan halal ini, sebagaimana seseorang mendapat dosa kalau ia berzina.
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
“Hubungan tubuh antara kalian (dengan istri) ialah sedekah”. Para sahabat lantas ada yang bertanya pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapat pahala?” Beliau menjawab, ”Bukankah kalau kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapat dosa. Oleh balasannya kalau kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)
Sedangkan wacana keutamaan jima’ di malam/hari Jum’at, hadits yang sanggup dijadikan referensi ialah berikut ini:
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barang siapa mandi pada hari Jum’at, membersihkan badannya dan bersegera (pergi ke masjid) kemudian berdiam diri dengan penuh konsentrasi, mendengarkan (khutbah), maka setiap langkah yang diayunkan mendapat pahala ibarat pahala setahun, yaitu pahala puasanya dan shalat malamnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An Nasa’i dan Ahmad)
Mandi dalam hadits itu berdasarkan satu pendapat, ialah mandi janabat. Pandangan itu diperkuat dengan pelengkap pada riwayat Tirmidzi, sesudah hadits itersebut:.
قَالَ مَحْمُودٌ قَالَ وَكِيعٌ اغْتَسَلَ هُوَ وَغَسَّلَ امْرَأَتَهُ
Mahmud (perawi) berkata, Waki’ berkata, dia sendiri mandi dan juga memandikan istrinya
Namun, sebagian besar ulama menolak pandangan tersebut dengan berhujjah bahwa mandi pada hadits tersebut tidak selalu didahului dengan kekerabatan suami istri.
Kalaupun yang dimaksud ialah mandi jinabat, maka jima’nya dilakukan pada Jum’at pagi, bukan Jum’at malam. Sebab mandi Jum’at disunnahkan sebelum berangkat shalat. Dan orang berangkat shalat Jum’at umumnya pagi.
Lepas dari apakah kekerabatan suami istri termasuk sunnah di malam Jumat atau sama dengan hari biasanya, ia tetap berpahala.
Dan istri yang melayani suaminya dengan baik, dengan service excellent, ia mendapat pahala yang besar.
4. Membangunkan Suami Untuk Shalat Tahajud
Amal ini bukanlah amal khusus malam Jumat saja. Namun amal harian. Tiap malam. Sebagaimana sanggup dilakukan di malam apa pun, ia juga sanggup dilakukan di malam Jumat.
Keutamaannya luar biasa. Istri yang membangunkan suami dan mengajaknya qiyamul lail, ia akan mendapat rahmat dari Allah.
Bahkan keduanya akan mendapat rahmat dari Allah. Rahmat dari Allah ini merupakan kunci cinta dan kasih sayang (rahmah) suami istri.
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang pria yang berdiri di waktu malam kemudian shalat dan ia pun membangunkan istrinya kemudian sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang berdiri di waktu malam kemudian ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR. An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi)
Jadi, kalau ingin kasih sayang suami istri abadi, biasakanlah qiyamul lail dan membangunkan pasangan untuk juga melakukannya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: webmuslimah.com
Seorang istri sanggup panen pahala di malam Jum’at. Bahkan, dengan aktifitas penuh suka bersama suaminya. Apa saja aktifitas itu? Ini 4 di antaranya:
1. Mengajak Suami Baca Surat al-Kahfi
Membaca surat Al Kahfi merupakan amalan sunnah di malam Jumat. Bisa pula dikerjakan di siang hari Jumat.
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya sampai baitul Atiq” (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Ad-Darimi; shahih)
Dalam hadits yang lain diterangkan bahwa keutamaan membaca surat Al Kahfi di hari Jumat bertahan sampai satu pekan.
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barangsiapa membaca Surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka dia diterangi oleh cahaya antara dua Jumat” (HR. An Nasa’i, Baihaqi dan Al Hakim; shahih)
Jika seorang istri mengajak suaminya membaca surat Al Kahfi, maka pahala dan keutamannya semakin berlipat.
2. Mengajak Suami Membaca Shalawat
Membaca shalawat juga termasuk amalan sunnah di malam dan hari Jumat. Rasulullah sendiri menganjurkan umatnya memperbanyak membaca shalawat di waktu ini.
Di antara keutamaan membaca shalawat ialah sebagaimana yang diterangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri bahwa muslim yang paling banyak membaca shalawat kelak akan menjadi orang yang paling erat dengan dia di surga.
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada setiap hari Jumat. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap hari Jumat. Barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling erat denganku pada hari simpulan zaman nanti.” (HR. Baihaqi; hasan lighairihi)
Istri yang membaca shalawat, ia memperoleh pahala dan keutamaan bagi dirinya. Namun kalau ia mengingatkan suaminya biar melaksanakan amalan sunnah ini, maka akan semakin banyak pahalanya.
3. Melayani Suami Dengan Penuh Cinta
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa jima’ antara suami dan istri ialah sedekah. Ia mendapat pahala atas kekerabatan halal ini, sebagaimana seseorang mendapat dosa kalau ia berzina.
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
“Hubungan tubuh antara kalian (dengan istri) ialah sedekah”. Para sahabat lantas ada yang bertanya pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapat pahala?” Beliau menjawab, ”Bukankah kalau kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapat dosa. Oleh balasannya kalau kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)
Sedangkan wacana keutamaan jima’ di malam/hari Jum’at, hadits yang sanggup dijadikan referensi ialah berikut ini:
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barang siapa mandi pada hari Jum’at, membersihkan badannya dan bersegera (pergi ke masjid) kemudian berdiam diri dengan penuh konsentrasi, mendengarkan (khutbah), maka setiap langkah yang diayunkan mendapat pahala ibarat pahala setahun, yaitu pahala puasanya dan shalat malamnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An Nasa’i dan Ahmad)
Mandi dalam hadits itu berdasarkan satu pendapat, ialah mandi janabat. Pandangan itu diperkuat dengan pelengkap pada riwayat Tirmidzi, sesudah hadits itersebut:.
قَالَ مَحْمُودٌ قَالَ وَكِيعٌ اغْتَسَلَ هُوَ وَغَسَّلَ امْرَأَتَهُ
Mahmud (perawi) berkata, Waki’ berkata, dia sendiri mandi dan juga memandikan istrinya
Namun, sebagian besar ulama menolak pandangan tersebut dengan berhujjah bahwa mandi pada hadits tersebut tidak selalu didahului dengan kekerabatan suami istri.
Kalaupun yang dimaksud ialah mandi jinabat, maka jima’nya dilakukan pada Jum’at pagi, bukan Jum’at malam. Sebab mandi Jum’at disunnahkan sebelum berangkat shalat. Dan orang berangkat shalat Jum’at umumnya pagi.
Lepas dari apakah kekerabatan suami istri termasuk sunnah di malam Jumat atau sama dengan hari biasanya, ia tetap berpahala.
Dan istri yang melayani suaminya dengan baik, dengan service excellent, ia mendapat pahala yang besar.
4. Membangunkan Suami Untuk Shalat Tahajud
Amal ini bukanlah amal khusus malam Jumat saja. Namun amal harian. Tiap malam. Sebagaimana sanggup dilakukan di malam apa pun, ia juga sanggup dilakukan di malam Jumat.
Keutamaannya luar biasa. Istri yang membangunkan suami dan mengajaknya qiyamul lail, ia akan mendapat rahmat dari Allah.
Bahkan keduanya akan mendapat rahmat dari Allah. Rahmat dari Allah ini merupakan kunci cinta dan kasih sayang (rahmah) suami istri.
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang pria yang berdiri di waktu malam kemudian shalat dan ia pun membangunkan istrinya kemudian sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang berdiri di waktu malam kemudian ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR. An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi)
Jadi, kalau ingin kasih sayang suami istri abadi, biasakanlah qiyamul lail dan membangunkan pasangan untuk juga melakukannya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: webmuslimah.com
1. Mengajak Suami Baca Surat al-Kahfi
Membaca surat Al Kahfi merupakan amalan sunnah di malam Jumat. Bisa pula dikerjakan di siang hari Jumat.
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya antara dirinya sampai baitul Atiq” (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Ad-Darimi; shahih)
Dalam hadits yang lain diterangkan bahwa keutamaan membaca surat Al Kahfi di hari Jumat bertahan sampai satu pekan.
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barangsiapa membaca Surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka dia diterangi oleh cahaya antara dua Jumat” (HR. An Nasa’i, Baihaqi dan Al Hakim; shahih)
Jika seorang istri mengajak suaminya membaca surat Al Kahfi, maka pahala dan keutamannya semakin berlipat.
2. Mengajak Suami Membaca Shalawat
Membaca shalawat juga termasuk amalan sunnah di malam dan hari Jumat. Rasulullah sendiri menganjurkan umatnya memperbanyak membaca shalawat di waktu ini.
Di antara keutamaan membaca shalawat ialah sebagaimana yang diterangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri bahwa muslim yang paling banyak membaca shalawat kelak akan menjadi orang yang paling erat dengan dia di surga.
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada setiap hari Jumat. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap hari Jumat. Barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling erat denganku pada hari simpulan zaman nanti.” (HR. Baihaqi; hasan lighairihi)
Istri yang membaca shalawat, ia memperoleh pahala dan keutamaan bagi dirinya. Namun kalau ia mengingatkan suaminya biar melaksanakan amalan sunnah ini, maka akan semakin banyak pahalanya.
3. Melayani Suami Dengan Penuh Cinta
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa jima’ antara suami dan istri ialah sedekah. Ia mendapat pahala atas kekerabatan halal ini, sebagaimana seseorang mendapat dosa kalau ia berzina.
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
“Hubungan tubuh antara kalian (dengan istri) ialah sedekah”. Para sahabat lantas ada yang bertanya pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapat pahala?” Beliau menjawab, ”Bukankah kalau kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapat dosa. Oleh balasannya kalau kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapat pahala.” (HR. Muslim)
Sedangkan wacana keutamaan jima’ di malam/hari Jum’at, hadits yang sanggup dijadikan referensi ialah berikut ini:
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barang siapa mandi pada hari Jum’at, membersihkan badannya dan bersegera (pergi ke masjid) kemudian berdiam diri dengan penuh konsentrasi, mendengarkan (khutbah), maka setiap langkah yang diayunkan mendapat pahala ibarat pahala setahun, yaitu pahala puasanya dan shalat malamnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, An Nasa’i dan Ahmad)
Mandi dalam hadits itu berdasarkan satu pendapat, ialah mandi janabat. Pandangan itu diperkuat dengan pelengkap pada riwayat Tirmidzi, sesudah hadits itersebut:.
قَالَ مَحْمُودٌ قَالَ وَكِيعٌ اغْتَسَلَ هُوَ وَغَسَّلَ امْرَأَتَهُ
Mahmud (perawi) berkata, Waki’ berkata, dia sendiri mandi dan juga memandikan istrinya
Namun, sebagian besar ulama menolak pandangan tersebut dengan berhujjah bahwa mandi pada hadits tersebut tidak selalu didahului dengan kekerabatan suami istri.
Kalaupun yang dimaksud ialah mandi jinabat, maka jima’nya dilakukan pada Jum’at pagi, bukan Jum’at malam. Sebab mandi Jum’at disunnahkan sebelum berangkat shalat. Dan orang berangkat shalat Jum’at umumnya pagi.
Lepas dari apakah kekerabatan suami istri termasuk sunnah di malam Jumat atau sama dengan hari biasanya, ia tetap berpahala.
Dan istri yang melayani suaminya dengan baik, dengan service excellent, ia mendapat pahala yang besar.
4. Membangunkan Suami Untuk Shalat Tahajud
Amal ini bukanlah amal khusus malam Jumat saja. Namun amal harian. Tiap malam. Sebagaimana sanggup dilakukan di malam apa pun, ia juga sanggup dilakukan di malam Jumat.
Keutamaannya luar biasa. Istri yang membangunkan suami dan mengajaknya qiyamul lail, ia akan mendapat rahmat dari Allah.
Bahkan keduanya akan mendapat rahmat dari Allah. Rahmat dari Allah ini merupakan kunci cinta dan kasih sayang (rahmah) suami istri.
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang pria yang berdiri di waktu malam kemudian shalat dan ia pun membangunkan istrinya kemudian sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang berdiri di waktu malam kemudian ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR. An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi)
Jadi, kalau ingin kasih sayang suami istri abadi, biasakanlah qiyamul lail dan membangunkan pasangan untuk juga melakukannya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Sumber: webmuslimah.com
Labels:
alquran,
hukum islam,
suami istri
Thanks for reading Pahala Besar Bagi Istri Yang Lakukan 4 Hal Ini Untuk Suaminya Di Malam Jum’At. Please share...!
0 Comment for "Pahala Besar Bagi Istri Yang Lakukan 4 Hal Ini Untuk Suaminya Di Malam Jum’At"