saat sebelum tutup umur pada 30 april 2017 kemudian, beliau pernah memperingati ultah – nya yang ke – 146 tahun. satu lagi, kakek yang dikabarkan umurnya tertua dikala ini merupakan mbah arjo suwito.
walaupun tidak terdapat fakta tertulis ataupun kesaksian sahabat , tetapi kakek asal dusun sukomulyo, desa gadungan, kecamatan gandusari, kabupaten blitar ini mengklaim umurnya sudah 200 tahun lebih.
tetapi, informasi di balai desanya, beliau tercatat kelahiran 1825. dikala ini, beliau hidup berbarengan anaknya, ginem (53). katanya, ginem itu anaknya yang ke – 18, dari istrinya yang keenam.
semenjak tahun 1990 – an, mereka tinggal di lereng gunung kelud ataupun tepatnya, di gunung gedang. dari puncak gunung kelud itu, tempat mbah arjo berjarak akrab 10 km.
buat mengarah ke posisi itu, tidak praktis karna jalannya cukup susah, dengan lewat perkebunan tumbuhan karet, yang masuk kawasan perhutani (bkph wlingi).
makanya, itu wajib ditempuh dengan sepeda motor yang sudah dimodifikasi serupa trail.
bila ingin ke tempat itu, rutenya wajib lewat kecamatan talun, sehabis itu ke arah utara akrab 12 km yang sudah masuk kecamatan gandusari.
dari kecamatan gandusari itu, wajib ditempuh menggunakan sepeda motor trail, dan juga lewat 2 desa, ialah, desa gandusari dan juga gandungan.
sehabis lewat medan yang susah sejauh 7 kilometer, itu gres hingga ke tempat mbah arjo.
tempat mbah arjo itu lebih diketahui dengan candi wringin branjang karna terdapat candi yang diperkirakan aset kerajaan majapahit.
terlebih lagi, candi yang bangunannya seakan-akan candi penataran itu disebut – disebut, yang membuat kesatu kali merupakan mbah arjo tahun 1990.
dikala itu, mbah arjo gres sebulan menghuni posisi itu, dan juga membuat bangunan, yang terpendam tanah pegunungan.
ditemui ahad (14/1) jam 09. 00 waktu indonesia barat (WIB) kemudian, beliau lagi duduk di dalam rumahnya. rumah mbah arjo, amat tidak layak karna lebih seakan-akan gubuk, dengan dimensi 3 x 4 m.
dindingnya berasal dari bambu (gedek) , tetapi sebagian belum dianyam dan juga cukup dipaku. atapnya dibentuk dari alang – alang bercampur jerami.
“sejak saya tinggal di mari (1990 – an) , ya ini rumah aku. ini saya tempati dengan anak perempuan aku, ” tutur mbah arjo, yang bicaranya masih bisa dengan praktis tetapi mengaku sudah setahun agak sulit jalur.
semenjak tidak sanggup jalur itu, beliau tidak sanggup beraktifitas whatever. terlebih lagi, mulai berak, ataupun berkemih, itu beliau jalani di atas tempat tidurnya, yang dibentuk dari bambu, dengan tikar pandan, yang kondisinya sudah kumal.
walaupun hidup di tengah hutan, tetapi beliau mengaku tidak kesusahan air higienis ataupun kebutuhan makan yang lain. karena, di akrab tempat tinggalnya, terdapat kali, yang airnya cukup jernih.
buat makanannya, beliau mengandalkan sayur yang ditanam seorang diri, serupa daun singkong, dan juga bayam. sedangkan, berasnya, beliau mengaku menemukan jatah beras raskin.
“kalau tidak bisa jatah beras, ya saya sudah biasa cukup minum air putih aja, ” paparnya.
ditanya umurnya berapa? mbah arjo mengaku sudah 200 tahun. soal tahun kelahirannya, beliau mengaku kurang ingat dan juga cuma ingat harinya.
ialah selasa kliwon (pada subuh). beliau kelahiran desa gadungan, yang berjarak akrab 8 km dari tempatnya dikala ini ini.
“kalau dikait – kaitkan dengan insiden jaman dahulu soal masa kecil aku, ya saya sudah kurang ingat. tetapi, kala jaman penjajah jepang, saya sudah beristri yang keenam kali. karena, kelima istri saya itu wafat dunia, hingga – hingga saya menikah lagi, dan juga bisa istri orang ponorogo, namanya suminem. beliau wafat dunia kala indonesia merdeka, ” paparnya.
sebanyak 6 kali menikah itu, beliau mengaku dikaruniai 18 anak. tetapi, 17 anaknya sudah wafat dunia, dan juga tinggal satu, ginem, yang hidup bersamanya.
dia menuturkan, dari istri pertamanya, sumini, masyarakat desa pehpulo, kecamatan wates (kab blitar) , beliau mempunyai anak satu, tetapi sudah usang wafat.
istri keduanya, tuminem, asal desa semen, kecamatan gandusari, mempunyai anak 4, pula sudah wafat seluruh.
dengan istri ketiga, paijem, asal desa ngambak, gandusari, mempunyai anak 4, pula sudah wafat. istri keempat, tumila, asal pacitan, mempunyai anak 4, pula sudah wafat seluruh.
buat istrinya yang kelima, tukinem, asal ponorogo, tidak dikaruniai anak, gres dari istrinya yang ke 6, suminem, asal ponorogo, dikaruniai 4 anak.
tetapi, ketiganya sudah wafat dan juga tinggal ginem, yang dikala ini berumur 53 tahun. cuma aja, beliau dikala ini hadapi keterbelakangan mental.
widodo, kades gadungan, menuturkan, dikala sebelum tinggal di komplek candi wringi branjang, mbah arjo itu masyarakat desanya.
tetapi, semenjak membuat candi itu, beliau mau tinggal di sana, dengan mendirikan gubuk.
“kalau informasi di kependudukan desa kami, mbah arjo itu tercatat kelahiran desa gadungan, pada 19 januari 1825. bahwa informasi pendukungnya, ya tidak terdapat.
hanya, kakek aku, mbah mawiro pradio, yang kelahiran 1918 aja, memangil mbah arjo itu kakek.
berarti sanggup dibayangkan, bahwa mbah arjo sudah amat tua. mbah saya itu gres wafat tahun 1990 kemudian, ” ungkap widodo yang umurnya gres 48 ini.
entah apa kelebihannya, tetapi semenjak mbah arjo membuat candi itu, dan juga tinggal di akrab candi itu, kira – kira terdapat tamu yang datang tiap hari – hari tertentu.
lebih – lebih, tiap malam 1 suro, bagi widono, mbah arjo senantiasa kebanjiran tamu. tidak cuma dari blitar, tetapi dari bermacam wilayah, serupa jogjakarta, ponorogo, pacitan, terlebih lagi jakarta.
mereka melakukan ritual di gubuknya mbah arjo, serupa melekan.
“biasanya para tamunya lapor ke desa, terlebih lagi fitur kami acapkali yang mengantar tamu – tamunya mbah arjo. bahwa terdapat melek – an 1 suro, malah kami yang meminjami genset karna tempat tinggalnya belum terjangkau listrik, ” tuturnya.
terlebih lagi, tamunya tidak cuma golongan orang biasa, tidak sedikit para pengusaha dan juga para pejabat.
salah sattunya merupakan heri noegroho, bupati blitar 2 periode, mulai 2005 – 1015.
walaupun tamunya banyak orang berduit, tetapi kehidupan mbah arjo senantiasa simpel.
buktinya, cuma semata – mata beli beras aja, tidak sanggup kerap hingga – hingga kerap tidak makan.
“bahkan, saya ketahui seorang diri, sempat diberi duit oleh seseorang pejabat, yang dibantunya, tetapi mbah arjo tidak ingin. malah sang pejabat itu diberi duit dollar, yang wujudnya masih baru, dan juga asli. oleh pejabat itu, dollar itu diterimanya, ” tutur widodo.
heri noegroho, mengaku mengenalnya dengan baik. itu karna beliau kagum dengan kesederhaan mbah arjo.
“dulu (dikala masih jadi bupati) , saya benar kerap ke situ, dengan naik sepeda motor. tidak hanya terdapat kepentingan tertentu dengan mbah arjo, pula sekaligus mau mengenalkan destinasi wisata, yaitu candi temuan mbah arjo (candi wringin branjang) itu, ” tuturnya, ahad (14/1).
bahwa soal umur mbah arjo, heri neogroho mengaku tidak ketahui tentu, tetapi beliau percaya sudah 100 tahun lebih.
dari wujud mbah arjo, heri mengaku banyak pelajaran hidup yang sanggup dipetik. tidak hanya simpel, beliau sanggup bertahan hidup di lereng pegunungan, dengan cuma makan seadanya.
“mungkin, dengan kondisinya serupa itu, beliau jadi abadi hidup karna tidak berhaluan macam – macam, ” ucapnya.
mbah arjo mengaku, sepanjang hidupnya, beliau hadapi 6 kali gunung kelud itu meletus. tetapi, beliau kurang ingat tahunnya.
dari 6 kali meletus itu, baginya, yang amat dashyat tahun 1990 ataupun dikala itu pribadinya sudah tinggal di lereng gunung tersebut.
tetapi demikian, beliau tidak ingin dievakuasi dan juga senantiasa tinggal di gubuknya itu berbarengan anaknya.
“padahal dikala itu, ketebelan abunya di desa kami aja hingga 1 m. tetapi, kala mbah arjo ingin dievakuasi, tidak ingin. malah bilang, saya tidak harus dievakuasi karna saya sudah tahu seluruh dan juga sahabat saya di mari banyak. sementara itu, di gubuknya itu, beliau cuma tinggal berdua dengan anaknya, tetapi katanya temannya banyak, ” papar widodo.
baru dikala terjalin letusan genung kelud tahun 2014 kemudian, papar widodo, terpaksa mbah arjo dan juga anaknya, dievakuasi paksa walaupun menolaknya.
benar, masyarakat tidak takut, kali lahar yang terdapat di depan gubuk rumahnya itu meluap hingga ke gubuknya, hanya yang ditakutkan, beliau terjangkit dampak dari letusan itu.
“katanya, saya tidak harus dibawa berangkat, wong di mari saya sudah terdapat yang memayungi. tetapi, kami tidak tega, ya dikala itu kami ke balai desa, ” ucapnya.
walaupun mbah arjo mengaku tidak sempat berangkat ke mana – mana, tetapi bukan berarti tidak mempunyai pengalaman hidup yang berharga.
cuma aja, itu tidak sering dikisahkan ke orang karna dikira tidak butuh. semisal, dahulu semasa jaman perjuangan, beliau mengaku kerap berjumpa bung karno, dan juga supriadi, satria pembela tanah air (peta).
dikala itu, beliau masih tinggal di dusun sukomulyo, desa gadungan. oleh bung karno dan juga supriadi, beliau disuruh menemaninya dikala melakukan ritual di lerang gunung gedang, yang dikala ini berdiri bangunan gubuknya itu.
“saat itu, saya sudah tua, terlebih lagi pak karno dan juga pak supriadi, masih jejaka, hingga – hingga bahwa memanggil aku, mbah, ” papar mbah arjo.
katanya, pribadinya sanggup tahu dengan bung karno dan juga supriadi, lewat kontak batin.
kesimpulannya, mereka berjumpa pada sesuatu malam, dan juga disuruh menemani ritual di lereng gunung kelud itu.
“kalau ritual, saya cuma duduk di sampingnya, hingga terdengar ayam berkokok. tetapi, antara pak karno dan juga pak supriadi, seingat saya tidak sempat melakukan ritual berbarengan di mari. dikala itu, saya kurang ingat lagi terjalin insiden apa di indonesia, tetapi kayaknya belum kemerdekaan, ” paparnya, yang mengaku dikala masih kerap ketemu bung karno itu pribadinya sudah menikah 6 kali.
bagi mbah arjo, dikala bung karno kerap ritual di tempatnya itu dahulu, kondisinya masih hutan belantara, terlebih lagi masih banyak fauna buas. tempat duduk yang dipakai ritul bung karno itu, dikala ini posisinya di dalam gubuknya itu.
dari pengalaman spritualnya itu, beliau kesimpulannya meninggalkan kampungnya dan juga tinggal di suatu gubuk di tempat itu tahun 1990.
“selama tinggal di mari, saya benar kerap bermimpi, berjumpa pak karno. terlebih lagi, dalam mimpi saya itu, pak karno kerap berkunjung ke mari, ” ucapnya.
ditanya soal panduan hidupnya, dalam umur segitu kok masih sehat?
dia mengaku tidak mempunyai panduan apa – apa. hanya, beliau sempat makan ikan karna benar tidak terdapat ikan. tiap hari, beliau cuma makan sayur – mayur, yang ditanam seorang diri, dan juga banyak minum air putih.
“pesan aku, jangan banyak benak. supaya tidak senantiasa kepikiran, jangan menyakiti orang, semoga tidak jadi beban. serupa saya tinggal di mari ini, siapa yang saya sakiti wong tidak terdapat sahabat , tidak hanya anak aku, ” ucapnya.
sepanjang hidupnya, beliau mengaku gres setahun ini measakan sakit pada kakinya. kedua kakinya seketika tidak sanggup digerakkan.
sebelumnya ataupun setahun kemudian, beliau masih sanggup menyangkul ataupun menanam sayur – mayur, serupa bayam, mencari kayu bakar, mandi ke kali seorang diri, yang terdapat di balik rumahnya. tetapi, dikala ini seluruh kebutuhannya, dilayani anaknya.
“saya ini tidak sempat sakit, terlebih lagi pilek (flu) saya tidak sempat. soal santapan, ya seadanya, wong saya kerap puasa, karna benar keadaannya tidak terdapat yang dimakan lebih. kecuali, minum air putih, dan juga makan apa yang terdapat, ” pungkasnya.
( suamber: tribunnews. com )
saat sebelum tutup umur pada 30 april 2017 kemudian, beliau pernah memperingati ultah – nya yang ke – 146 tahun. satu lagi, kakek yang dikabarkan umurnya tertua dikala ini merupakan mbah arjo suwito.
walaupun tidak terdapat fakta tertulis ataupun kesaksian sahabat , tetapi kakek asal dusun sukomulyo, desa gadungan, kecamatan gandusari, kabupaten blitar ini mengklaim umurnya sudah 200 tahun lebih.
tetapi, informasi di balai desanya, beliau tercatat kelahiran 1825. dikala ini, beliau hidup berbarengan anaknya, ginem (53). katanya, ginem itu anaknya yang ke – 18, dari istrinya yang keenam.
semenjak tahun 1990 – an, mereka tinggal di lereng gunung kelud ataupun tepatnya, di gunung gedang. dari puncak gunung kelud itu, tempat mbah arjo berjarak akrab 10 km.
buat mengarah ke posisi itu, tidak praktis karna jalannya cukup susah, dengan lewat perkebunan tumbuhan karet, yang masuk kawasan perhutani (bkph wlingi).
makanya, itu wajib ditempuh dengan sepeda motor yang sudah dimodifikasi serupa trail.
bila ingin ke tempat itu, rutenya wajib lewat kecamatan talun, sehabis itu ke arah utara akrab 12 km yang sudah masuk kecamatan gandusari.
dari kecamatan gandusari itu, wajib ditempuh menggunakan sepeda motor trail, dan juga lewat 2 desa, ialah, desa gandusari dan juga gandungan.
sehabis lewat medan yang susah sejauh 7 kilometer, itu gres hingga ke tempat mbah arjo.
tempat mbah arjo itu lebih diketahui dengan candi wringin branjang karna terdapat candi yang diperkirakan aset kerajaan majapahit.
terlebih lagi, candi yang bangunannya seakan-akan candi penataran itu disebut – disebut, yang membuat kesatu kali merupakan mbah arjo tahun 1990.
dikala itu, mbah arjo gres sebulan menghuni posisi itu, dan juga membuat bangunan, yang terpendam tanah pegunungan.
ditemui ahad (14/1) jam 09. 00 waktu indonesia barat (WIB) kemudian, beliau lagi duduk di dalam rumahnya. rumah mbah arjo, amat tidak layak karna lebih seakan-akan gubuk, dengan dimensi 3 x 4 m.
dindingnya berasal dari bambu (gedek) , tetapi sebagian belum dianyam dan juga cukup dipaku. atapnya dibentuk dari alang – alang bercampur jerami.
“sejak saya tinggal di mari (1990 – an) , ya ini rumah aku. ini saya tempati dengan anak perempuan aku, ” tutur mbah arjo, yang bicaranya masih bisa dengan praktis tetapi mengaku sudah setahun agak sulit jalur.
semenjak tidak sanggup jalur itu, beliau tidak sanggup beraktifitas whatever. terlebih lagi, mulai berak, ataupun berkemih, itu beliau jalani di atas tempat tidurnya, yang dibentuk dari bambu, dengan tikar pandan, yang kondisinya sudah kumal.
walaupun hidup di tengah hutan, tetapi beliau mengaku tidak kesusahan air higienis ataupun kebutuhan makan yang lain. karena, di akrab tempat tinggalnya, terdapat kali, yang airnya cukup jernih.
buat makanannya, beliau mengandalkan sayur yang ditanam seorang diri, serupa daun singkong, dan juga bayam. sedangkan, berasnya, beliau mengaku menemukan jatah beras raskin.
“kalau tidak bisa jatah beras, ya saya sudah biasa cukup minum air putih aja, ” paparnya.
ditanya umurnya berapa? mbah arjo mengaku sudah 200 tahun. soal tahun kelahirannya, beliau mengaku kurang ingat dan juga cuma ingat harinya.
ialah selasa kliwon (pada subuh). beliau kelahiran desa gadungan, yang berjarak akrab 8 km dari tempatnya dikala ini ini.
“kalau dikait – kaitkan dengan insiden jaman dahulu soal masa kecil aku, ya saya sudah kurang ingat. tetapi, kala jaman penjajah jepang, saya sudah beristri yang keenam kali. karena, kelima istri saya itu wafat dunia, hingga – hingga saya menikah lagi, dan juga bisa istri orang ponorogo, namanya suminem. beliau wafat dunia kala indonesia merdeka, ” paparnya.
sebanyak 6 kali menikah itu, beliau mengaku dikaruniai 18 anak. tetapi, 17 anaknya sudah wafat dunia, dan juga tinggal satu, ginem, yang hidup bersamanya.
dia menuturkan, dari istri pertamanya, sumini, masyarakat desa pehpulo, kecamatan wates (kab blitar) , beliau mempunyai anak satu, tetapi sudah usang wafat.
istri keduanya, tuminem, asal desa semen, kecamatan gandusari, mempunyai anak 4, pula sudah wafat seluruh.
dengan istri ketiga, paijem, asal desa ngambak, gandusari, mempunyai anak 4, pula sudah wafat. istri keempat, tumila, asal pacitan, mempunyai anak 4, pula sudah wafat seluruh.
buat istrinya yang kelima, tukinem, asal ponorogo, tidak dikaruniai anak, gres dari istrinya yang ke 6, suminem, asal ponorogo, dikaruniai 4 anak.
tetapi, ketiganya sudah wafat dan juga tinggal ginem, yang dikala ini berumur 53 tahun. cuma aja, beliau dikala ini hadapi keterbelakangan mental.
widodo, kades gadungan, menuturkan, dikala sebelum tinggal di komplek candi wringi branjang, mbah arjo itu masyarakat desanya.
tetapi, semenjak membuat candi itu, beliau mau tinggal di sana, dengan mendirikan gubuk.
“kalau informasi di kependudukan desa kami, mbah arjo itu tercatat kelahiran desa gadungan, pada 19 januari 1825. bahwa informasi pendukungnya, ya tidak terdapat.
hanya, kakek aku, mbah mawiro pradio, yang kelahiran 1918 aja, memangil mbah arjo itu kakek.
berarti sanggup dibayangkan, bahwa mbah arjo sudah amat tua. mbah saya itu gres wafat tahun 1990 kemudian, ” ungkap widodo yang umurnya gres 48 ini.
entah apa kelebihannya, tetapi semenjak mbah arjo membuat candi itu, dan juga tinggal di akrab candi itu, kira – kira terdapat tamu yang datang tiap hari – hari tertentu.
lebih – lebih, tiap malam 1 suro, bagi widono, mbah arjo senantiasa kebanjiran tamu. tidak cuma dari blitar, tetapi dari bermacam wilayah, serupa jogjakarta, ponorogo, pacitan, terlebih lagi jakarta.
mereka melakukan ritual di gubuknya mbah arjo, serupa melekan.
“biasanya para tamunya lapor ke desa, terlebih lagi fitur kami acapkali yang mengantar tamu – tamunya mbah arjo. bahwa terdapat melek – an 1 suro, malah kami yang meminjami genset karna tempat tinggalnya belum terjangkau listrik, ” tuturnya.
terlebih lagi, tamunya tidak cuma golongan orang biasa, tidak sedikit para pengusaha dan juga para pejabat.
salah sattunya merupakan heri noegroho, bupati blitar 2 periode, mulai 2005 – 1015.
walaupun tamunya banyak orang berduit, tetapi kehidupan mbah arjo senantiasa simpel.
buktinya, cuma semata – mata beli beras aja, tidak sanggup kerap hingga – hingga kerap tidak makan.
“bahkan, saya ketahui seorang diri, sempat diberi duit oleh seseorang pejabat, yang dibantunya, tetapi mbah arjo tidak ingin. malah sang pejabat itu diberi duit dollar, yang wujudnya masih baru, dan juga asli. oleh pejabat itu, dollar itu diterimanya, ” tutur widodo.
heri noegroho, mengaku mengenalnya dengan baik. itu karna beliau kagum dengan kesederhaan mbah arjo.
“dulu (dikala masih jadi bupati) , saya benar kerap ke situ, dengan naik sepeda motor. tidak hanya terdapat kepentingan tertentu dengan mbah arjo, pula sekaligus mau mengenalkan destinasi wisata, yaitu candi temuan mbah arjo (candi wringin branjang) itu, ” tuturnya, ahad (14/1).
bahwa soal umur mbah arjo, heri neogroho mengaku tidak ketahui tentu, tetapi beliau percaya sudah 100 tahun lebih.
dari wujud mbah arjo, heri mengaku banyak pelajaran hidup yang sanggup dipetik. tidak hanya simpel, beliau sanggup bertahan hidup di lereng pegunungan, dengan cuma makan seadanya.
“mungkin, dengan kondisinya serupa itu, beliau jadi abadi hidup karna tidak berhaluan macam – macam, ” ucapnya.
mbah arjo mengaku, sepanjang hidupnya, beliau hadapi 6 kali gunung kelud itu meletus. tetapi, beliau kurang ingat tahunnya.
dari 6 kali meletus itu, baginya, yang amat dashyat tahun 1990 ataupun dikala itu pribadinya sudah tinggal di lereng gunung tersebut.
tetapi demikian, beliau tidak ingin dievakuasi dan juga senantiasa tinggal di gubuknya itu berbarengan anaknya.
“padahal dikala itu, ketebelan abunya di desa kami aja hingga 1 m. tetapi, kala mbah arjo ingin dievakuasi, tidak ingin. malah bilang, saya tidak harus dievakuasi karna saya sudah tahu seluruh dan juga sahabat saya di mari banyak. sementara itu, di gubuknya itu, beliau cuma tinggal berdua dengan anaknya, tetapi katanya temannya banyak, ” papar widodo.
baru dikala terjalin letusan genung kelud tahun 2014 kemudian, papar widodo, terpaksa mbah arjo dan juga anaknya, dievakuasi paksa walaupun menolaknya.
benar, masyarakat tidak takut, kali lahar yang terdapat di depan gubuk rumahnya itu meluap hingga ke gubuknya, hanya yang ditakutkan, beliau terjangkit dampak dari letusan itu.
“katanya, saya tidak harus dibawa berangkat, wong di mari saya sudah terdapat yang memayungi. tetapi, kami tidak tega, ya dikala itu kami ke balai desa, ” ucapnya.
walaupun mbah arjo mengaku tidak sempat berangkat ke mana – mana, tetapi bukan berarti tidak mempunyai pengalaman hidup yang berharga.
cuma aja, itu tidak sering dikisahkan ke orang karna dikira tidak butuh. semisal, dahulu semasa jaman perjuangan, beliau mengaku kerap berjumpa bung karno, dan juga supriadi, satria pembela tanah air (peta).
dikala itu, beliau masih tinggal di dusun sukomulyo, desa gadungan. oleh bung karno dan juga supriadi, beliau disuruh menemaninya dikala melakukan ritual di lerang gunung gedang, yang dikala ini berdiri bangunan gubuknya itu.
“saat itu, saya sudah tua, terlebih lagi pak karno dan juga pak supriadi, masih jejaka, hingga – hingga bahwa memanggil aku, mbah, ” papar mbah arjo.
katanya, pribadinya sanggup tahu dengan bung karno dan juga supriadi, lewat kontak batin.
kesimpulannya, mereka berjumpa pada sesuatu malam, dan juga disuruh menemani ritual di lereng gunung kelud itu.
“kalau ritual, saya cuma duduk di sampingnya, hingga terdengar ayam berkokok. tetapi, antara pak karno dan juga pak supriadi, seingat saya tidak sempat melakukan ritual berbarengan di mari. dikala itu, saya kurang ingat lagi terjalin insiden apa di indonesia, tetapi kayaknya belum kemerdekaan, ” paparnya, yang mengaku dikala masih kerap ketemu bung karno itu pribadinya sudah menikah 6 kali.
bagi mbah arjo, dikala bung karno kerap ritual di tempatnya itu dahulu, kondisinya masih hutan belantara, terlebih lagi masih banyak fauna buas. tempat duduk yang dipakai ritul bung karno itu, dikala ini posisinya di dalam gubuknya itu.
dari pengalaman spritualnya itu, beliau kesimpulannya meninggalkan kampungnya dan juga tinggal di suatu gubuk di tempat itu tahun 1990.
“selama tinggal di mari, saya benar kerap bermimpi, berjumpa pak karno. terlebih lagi, dalam mimpi saya itu, pak karno kerap berkunjung ke mari, ” ucapnya.
ditanya soal panduan hidupnya, dalam umur segitu kok masih sehat?
dia mengaku tidak mempunyai panduan apa – apa. hanya, beliau sempat makan ikan karna benar tidak terdapat ikan. tiap hari, beliau cuma makan sayur – mayur, yang ditanam seorang diri, dan juga banyak minum air putih.
“pesan aku, jangan banyak benak. supaya tidak senantiasa kepikiran, jangan menyakiti orang, semoga tidak jadi beban. serupa saya tinggal di mari ini, siapa yang saya sakiti wong tidak terdapat sahabat , tidak hanya anak aku, ” ucapnya.
sepanjang hidupnya, beliau mengaku gres setahun ini measakan sakit pada kakinya. kedua kakinya seketika tidak sanggup digerakkan.
sebelumnya ataupun setahun kemudian, beliau masih sanggup menyangkul ataupun menanam sayur – mayur, serupa bayam, mencari kayu bakar, mandi ke kali seorang diri, yang terdapat di balik rumahnya. tetapi, dikala ini seluruh kebutuhannya, dilayani anaknya.
“saya ini tidak sempat sakit, terlebih lagi pilek (flu) saya tidak sempat. soal santapan, ya seadanya, wong saya kerap puasa, karna benar keadaannya tidak terdapat yang dimakan lebih. kecuali, minum air putih, dan juga makan apa yang terdapat, ” pungkasnya.
( suamber: tribunnews. com )
Labels:
Berita viral,
info penting,
kisah nyata
Thanks for reading Usianya 200 Tahun, 17 Anaknya Sudah Meninggal, Begini Cara Kakek Ini Bertahan Hidup Sampai Sekarang. Please share...!
0 Comment for "Usianya 200 Tahun, 17 Anaknya Sudah Meninggal, Begini Cara Kakek Ini Bertahan Hidup Sampai Sekarang"